Ternak di Pekalongan



Sampai saat ini sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pekalongan masih mengandalkan sektor peternakan sebagai salah satu sumber mata pencaharian mereka. Jenis ternak yang cukup berpotensi adalah sapi dan kerbau. Tingginya nilai ekomoni yang dihasilkan dari ternak sapi dan kerbau, membuat hampir setiap kecamatan di Pekalongan mengembangkan hewan tersebut hingga ratusan bahkan ribuan ekor. Beberapa kecamatan yang menjadi daerah unggulan di bidang ternak antara lain Kajen, Kandangserang, Kesesi, Karangdadap, Sragi, dll.

Agrobisnis



Pengembangan Kawasan Agribisnis Berbasis Lokal Melihat potensi Desa Tangkil Kulon Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan tersebut, LKM Tunas Karya Mandiri bersama Pemerintah Desa dan masyarakat akan mengembangkan Desa Tangkil Kulon sebagai desa agribisnis berbasis lokal. Desa agribisnis adalah desa yang berbasiskan pada sektor pertanian dalam menunjang pengembangan sektor industri pertanian. Sumber Daya Lokal adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam yang terdapat di Desa Tangkil Kulon. Adapun pengembangan kawasan agribisnis berbasis lokal yang saat ini akan dikembangkan adalah : 1. Program Pengembangan Diversitifikasi Pertanian Agribisnis padi organik Kegiatan agribisnis padi organik dilakukan dengan cara memperbaiki sumber daya lahan pertanian; sosialisasi pertanian ramah lingkungan berkelanjutan; meningkatkan produksi dan pendapatan petani; meningkatkan pengetahuan petani dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk usaha taninya; merubah pola pikir, sikap dan perilaku petani tentang pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan; menyediakan bahan makanan yang bebas residu bahan kimia berbahaya. Kegiatan budidaya perikanan darat Pengembangan perikanan darat akan diarahkan pada Usaha Pembenihan Rakyat (UPR) yang akan dilakukan oleh masyarakat baik di kolam terbuka maupun di kolam dalam ruangan. Sistem budidaya yang dilakukan di dalam ruangan memiliki beberapa keunggulan yaitu lahan yang digunakan tidak terlalu luas, perkembangan ikan lebih terkontrol dengan produksi sebanding dengan kolam yang lebih luas. Komoditas ikan yang dapat dilakukan dengan menggunakan sistem ruangan yaitu ikan lele dumbo, patin, bawal dan ikan gurame. Sedangkan kegiatan pembenihan dan pendederan ikan Nila dan Baster serta pembesaran Lele dumbo akan dilakukan di kolam terbuka. Kegiatan pengembangan argowisata Pengembangan agrowisata dilakukan dengan cara mendirikan green house yang akan dikembangkan menjadi Pusat Informasi Tekonologi Terapan Pertanian yang dapat langsung dialihkan ke petani. Dengan kemampuan dalam pengkajian dan pusat informasi teknologi terapan budidaya pertanian di Kawasan Agro, diharapkan akan menjadi pusat pelatihan, diklat, serta magang bagi peminat pertanian dari berbagai kalangan, baik pelajar maupun masyarakat umum dari dalam dan luar Pekalongan. Bidang peternakan di Kawasan Agro akan memaksimalkan pengemukan ternak sapi dan domba. Pada proses pengemukan sapi dan domba akan dikaji tentang teknologi pakan sehingga akan dihasilkan penambahan berat ternak yang cepat dalam waktu yang tidak terlalu lama. Selain pengkajian teknologi pakan, juga akan dilakukan pengkajian tentang teknologi pemanfaatan limbah ternak, antara lain untuk pengomposan dan biogas. Hasil pengkaj ian ini akan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, terutama yang telah tergabung dalam kelompok petani peternak sapi dan domba. Bidang Perikanan pada pengembangan Kawasan Agro akan menitikberatkan pada pengembangan wisata perikanan dan teknik budidaya perikanan. Pada teknik budidaya perikanan juga akan dikaji tentang teknik budidaya perikanan yang memungkinkan dikembangkan di Kabupaten Pekalongan. Pengembangan Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon ini akan melibatkan petani yang merupakan anggota Kelompok Tani Desa Tangkil Kulon, sehingga akan memudahkan transfer teknologi ke petani. Selain itu dengan keterlibatan kelompok tani pengembangan Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon akan lebih terfokus kepada upaya untuk menghasilkan teknologi terapan yang berguna untuk meningkatkan hasil pertanian, perikanan, dan peternakan. Pengembangan Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon selain dapat menghasilkan teknologi-teknologi yang bermanfaat bagi petani, diharapkan juga akan mendorong tumbuhnya sentra usaha pertanian lain di sekitar Kawasan Agro yang mendukung pengembangan kawasan agro, misalnya usaha-usaha nursery tanaman hias. Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon juga akan difungsikan sebagai pendukung program life skill pertanian pada bidang pendidikan. Pengembangan Kawasan Agrowisata Tangkil Kulon jangka panjang diarahkan untuk menjadi suatu Kawasan Agrowisata yang mendukung pengembangan pertanian. Kawasan Agrowisata pada prinsipnya merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) untuk mempeluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan. Pengembangan Agrowisata Tangkil Kulon disesuaikan dengan kapasitas, tipologi, dan fungsi ekologis lahan diharapkan dapat melestarikan sumber daya lahan dan pendapatan petani serta masyarakat sekitarnya. Hal ini karena pengembangan agrowisata pada akhirnya akan menciptakan lapangan pekerjaan dengan adanya unit-unit usaha disekitar wilayah agrowisata yang mendukung pengembangan Kawasan Agrowisata. Kegiatan agribisnis peternakan Kegiatan ini meliputi : Agribisnis penggemukan sapi potong Dilihat dari daya dukung lahan dan potensi limbah pertanian serta limbah rumah tangga yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak sapi potong, maka volume usaha penggemukan sapi potong akan dapat ditingkatkan. Agribisnis ternak sapi perah Agribisnis ternak sapi perah dapat dikatakan menghasilkan 4 (empat) jenis emas yaitu emas putih (susu segar), emas merah (daging), emas hitam (pupuk kandang), dan emas cair (kencing sebagai pupuk). Pertimbangan lainnya yang mendukung pengembangan usaha sapi perah adalah : 1) Tingkat besarnya laba tidak fluktuatif, tetapi cenderung naik. 2) Harga susu sapi perah cenderung selalu naik 3) Produk sampingan dari usaha sapi perah memberikan keuntungan yang lebih besar dibandingkan usaha lainnya. 4) Resiko penyakit relatif kecil 5) Resiko keamanan relatif kecil 6) Mendorong tumbuhnya industri ikutannya yaitu pengolahan susu sterilisasi, susu pasteurisasi, yohurt, ice cream, bahan cosmetic, mentega, keju, dan sebagainya. Agribisnis ternak domba Agribisnis ternak domba sangat potensial dikembangkan di Kabupaten Pekalongan karena adanya beberapa faktor pendukung yaitu ; 1) Kesesuaian agroklimat dengan karakteristik ternak domba 2) Tradisi beternak domba sudah membudaya di masyarakat petani peternak 3) Tersedianya kelembagaan usaha baik berupa Kelompok dan Koperasi peternak domba 4) Peluang pasar sangat besar karena adanya kecenderungan peningkatan konsumsi daging termasuk daging domba 5) Tersedianya pasar hewan (domba/kambing) yang cukup memadai. Bagi masyarakat petani peternak, agribisnis ternak domba selain sebagai sumber pendapatan keluarga juga berfungsi sebagai; sumber protein hewani, tabungan petani peternak, penghasil pupuk kandang, penghasil kulit, hewan pembersih gulma, hewan kesayangan, dan hewan kurban bagi umat Islam. 2. Program Pengembangan Paska Panen Program ini meliputi pemenuhan kebutuhan pakan ternak melalui pemanfaatan limbah paska panen melalui : Pembuatan jerami fermentasi dan silase Jerami padi merupakan alternatif pakan ternak yang potensial di antara limbah pertanian lainnya karena produksi cukup melimpah dan tersedia setiap waktu. Namun, jerami padi memiliki kelemahan yaitu kandungan nutrisi (protein) rendah, serat kasar tinggi, daya cerna rendah, dan palatabilitas rendah. Untuk meningkatkan kualitas jerami padi dapat ditempuh dengan beberapa cara diantaranya adalah melalui bio-proses fermentasi (enzimatis) terbuka selama 21 hari. Tujuan pengolahan ini adalah mengubah struktur fisik oleh enzim deliginifikasi (menghilangkan peranan lignin) dengan cara memutuskan ikatan lignoselulosa dan meningkatkan gizi jerami padi. Jerami padi fermentasi dapat diberikan sebagai pakan ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, domba dan kambing) sebagai substitusi rumput segar. Dengan cara demikian, pemanfaatan hijauan pakan ternak dalam bentuk jerami padi akan dapat dilakukan sepanjang tahun dan lebih efisien dalam pemanfaatan waktu dan tenaga peternak. Nilai nutrisi jerami padi, jerami padi fermentasi dan rumput gajah (Pannissetum purpureum). Pembuatan konsentrat Konsentrat adalah jenis pakan ternak yang terdiri dari satu atau lebih bahan pakan dengan kandungan protein yang tinggi. Konsentrat sangat diperlukan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ternak disamping pakan jenis hijauan. Bahan baku pembuatan konsentrat dipilih berdasarkan pertimbangan : kandungan nutrisi, kemudahan memperoleh, kontinyuitas ketersediaan, dan harga. Sebagai pendukung kegiatan agrobisnis secara umum, bahan baku konsentrat diutamakan dari limbah industri pertanian yang mengandung protein yang cukup tinggi dan tidak berkompetisi dengan komoditas lainnya,misalnya dedak, ampas kecap, ampas bir, garam, onggok, ampas tahu, kulit coklat, bungkil kopi, bungkil kelapa, dan tetes tebu. Ketersediaan konsentrat untuk pakan ternak sebagai pendukung pengembangan agribisnis mutlak dilakukan. Kualitas, kuantitas dan kontinyuitas penyediaan konsentrat, sangat berpengaruh pada tingkat produktifitas ternak. 3. Pembangunan dan Pengembangan Rumah Potong Hewan Pebangunan dan pengembangan RPH dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa dalam hal pemotongan hewan yang halal, aman, utuh, dan sehat. 4. Program Composting Communal Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah terpadu merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan (persampahan) dengan melakukan proses Reduksi, Recycle dan Reuse (3R). Sampah yang sudah melalui pemilahan yaitu sampah organik akan diproses untuk bahan setengah jadi kompos dan sampah anorganik yang sudah tidak dapat di recycle dan reuse akan dipadatkan untuk kemudian dibuang. 5. Pembangunan Pasar Desa dan Pengembangan Jejaring Usaha Pembangunan pasar desa bertujuan sebagai sarana untuk : a. memasarkan hasil produksi desa; b. mendorong masyarakat desa agar mampu berproduksi dan mengolah hasil produksi desa; c. menciptakan lapangan kerja; d. meningkatkan pendapatan asli desa; e. mendorong kehidupan perekonomian desa; f. mendorong kehidupan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) dan Koperasi Unit Desa (KUD). Pengembangan jejaring usaha dilakukan melalui rintisan trading house dengan cara : 1. Sentra Produktivitas agropolitan, antara lain 1) Padi organik yang dilakukan secara bertahap 2) Jenis ikan Leledumbo, Patin, Bawal, Baster, Nila. 3) Ternak Sapi potong, Sapi perah dan Domba. 2. Produktivitas KUKM, antara lain a) KUKM Off Farm agropolitan - Makanan dan Minuman - Cenderamata dan assesoris - Industri Pengemasan - Pakan ternak - Pupuk Organik (Granular) b) KUKM pengembangan - Industri Pengolahan kayu - Industri Konveksi dan Batik Berikutnya membangun pusat promosi dan informasi peluang pasar dengan memanfaatkan radio komunitas yang sudah ada (Mandiri FM) dan pengembangan website LKM Tunas Karya Mandiri sebagai sarana promosi dan internet marketing. 6. Pemberdayaan KUKM disegala bidang dan Fasilitasi Perkuatan Modal Peningkatan ketrampilan dan pemberdayaan kewirausahaan KUKM dilaksanakan melalui beberapa kegiatan sesuai dengan hasil penataan KUKM, antara lain: Peningkatan jiwa kewirausahaan (enterpreneurship) melalui pendekatan achievment motivation training (AMT); Peningkatan pengetahuan manajemen dan ketrampilan teknis; serta pemberian modal bergulir. Penulis adalah Koordinator BKM Tunas Karya Mandiri Desa Tangkil Kulon Kec. Kedungwuni Kab. Pekalongan

Kali Paingan


Rp. 15.000

Kawasan wisata Linggoasri yang berada di dataran tinggi Kajen Kabupaten Pekalongan selama ini lebih dikenal panorama alam yang indah dan beberapa koleksi satwanya. Termasuk bumi perkemahan dan out bound. Namun kini mulai dikembangkan wahana wisata alam arung jeram Wana Wisata Kali Paingan dengan menyusuri sungai paingan Linggoasri yang siap memacu adrenalin bagi setiap pengunjung wisata. Wahana Wana Wisata Kali Paingan digagas oleh Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan (P3MDH) Kabupaten Pekalongan yang merupakan lembaga sayap dari Paguyuban LMDH KPH Pekalongan Timur, berada di dua desa yaitu desa Linggoasri Kecamatan Kajen dan Desa Tenogo Kecamatan Paninggaran, jarak tempuh lokasi dari ibukota kabupaten yaitu + 14 Km, dengan ketinggian 700 m dpl dan didukung dengan akses jalan yang bagus.
Wana Wisata Kali Paingan ini berbasis pada potensi sumberdaya alam yang ada antara lain, sungai Paingan dan hutan lindung yang merupakan hutan milik Negara di wilayah pangkuan Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur. Dengan kondisi alam yang masih asri dan sejuk lokasi wisata ini menjadi pilihan yang tepat bagi keluarga, pelajar, karyawan maupun pribadi. Untuk Musim liburan, banyak orang yang berlibur datang untuk menikmati derasnya air Sungai Paingan Linggoasri. Karena wahana arung jeram Wana Wisata Kali Paingan itu, sementara ini merupakan satu-satunya wahana wisata alternatif yang ada di wilayah Pantura. Wisata wahana arung jeram Wana Wisata Kali Paingan ini mulai dioperasikan sejak 1 Januari 2011. Namun sudah banyak orang berdatangan karena menantang adrenalin. Khususnya hall jumping di bawah Jembatan Sungai Paingan sangat menantang sekali. Bagaimana dengan Anda, apakah tertarik silahkan mencoba. Atau datang langsung ke alamat Wana Wisata Kali Paingan Arah Lokasi : Dari kota Pekalongan ke arah Barat +- 7 km sampai perempatan lampu merah Wiradesa ke arah selatan menuju Kajen, terus ke arah selatan pertigaan SMP 1 Kajen Gandarum masuk hutan karet akan menemui Gapura Selamat Datang Wisata Linggoasri teruskan perjalanan +- 12 Km sampai di Wisata Linggoasri turun ke Arah Selatan mengikuti Jalur Jalan Raya Paninggaran Kalibening +- 1 (satu) kilometer, anda akan menemui Jembatan Sungai Paingan masuk ke kiri masuk pintu gerbang Selamat Datang Wana Wisata Kali Paingan. Alamat : Jl. Raya Kali Paingan Km 14 Desa Linggoasri Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Indonesia

Museum Batik


Rp. 15.000

Batik Pekalongan Jawa Tengah Sampai Mancanegara Sudah dari dulu batik pekalongan terkelanal diseluruh indonesia, bahkan sudah mencapai mancanegara. kenapa batik pekalongan terkenal sampai mancanegara, kartena batik has indonesia ini memniliki corek yang, banyak modelnya dan yang paling paling menarik bagi turis-turi adalah cara pembuatan batik itu sendri. Batik Pekalonga semakin terkenal keseluruh dunia semenjak diresmikannya musium batik di Jl. Jetayu No. 1 kec. Pekalongan Jawa Tengah pada tanggai 12 juli 2006 oleh pabak RI kita dan di dampingi ibu negara Ani Yudhoyono serta para menteri kabinet indonesia bersatu. Ada pula tamu dari negara-negara sahabat yang meng hadiri peresmian Sebagian Produk Kami yang Terbuat Dari Batik Pekalongan Perkembangan batik semakin pesat di indonesia kususnnya di pekalongan sendiri. itu di karenakan motif bati yang sangat menarik dan cocok untuk di gunakan untuk formal atau no formal. dan karna itulah kami memilih batik sebagai bahan utama untuk pembuatan produk yang kami jual Baju Batik pekalongan Baju batik yang kami tawarkan khusus untuk anak muda agar lebih mencintai warisan budaya indonesia. baju batik di toko kami disain sendiri dengan menggabungakn kain polos dan kain batik atau sering di sebut batik sopal. tentunya baju batik ini akan membuat andan sang pemaki semakin keren dan tak da unsur kuno. Games Batik Pekalongan Games batik ini kusus untuk para petrempun yang suka mengenakan games. namun produk games kami berbeda dari yang sudah ada, kami menggunakan batik untuk mempermanis games yang modelnya biasa saja menjadi semakin luarbiasa. anda pun akan semakin cantik tampil bengan games batik yang kami tawarkan Tas Batik Pekalongan Mungkin anda sudah sering melihat di toko-toko banyak yang menjual tas batik namun dengan model yang begitu-begitu saja. nah.. kami mempunyai tas batik yang berbeda dari toko-toko, karena kami mendisain sendiri tas batik kami. dijamin anda akan tampil beda dari sesama pemakai tas batik.

Linggo Asri


Rp. 15.000

Linggo Asri adalah salah satu desa yang menjadi simbol kesejukan dan keindahan Kota Santri. Daerah Linggo Asri yang berada di ketinggian di atas 500 meter/dpl tersebut berbatasan langsung dengan Kecamatan Paninggaran. Di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Brengkolang dan sebelah utara dengan Desa Kutorojo, Kajen. Linggo Asri tidak hanya memiliki arena perkemahan yang luas dengan dikelilingi hutan pinus nan indah serta udara pegunungan yang sejuk, desa itu juga mempunyai berbagai fasilitas rekerasi. Antara lain kolam renang, taman wisata, dan beberapa koleksi binatang. Salah satu wisata yang digemari anak-anak di Linggo Asri adalah berjalan-jalan di pegunungan dengan naik gajah. Di Linggo Asri juga ditemui peninggalan sejarah seperti pura dan lingga. Nama Desa Linggo Asri, menurut Kepala Desa Linggo Asri Subekhi, adalah adaptasi dari batu lingga atau prasasti. Lingga berbentuk bulat panjang memang dipunyai desa tersebut. ”Lingga itu dijadikan simbol bahwa desa itu telah berumur tua dan penuh dengan peninggalan sejarah,” ungkapnya. Selain objek wisata, Linggo Asri juga dikenal sebagai desa yang penuh dengan potensi hasil bumi seperti pisang, nilam, famili, dan berbagai tanaman palawija. Jika masa panen tiba, hasil pisang di Linggo Asri seperti pisang ambon, raja, dan pisang hijau sangat melimpah.

Pantai Depok


Rp. 15.000

Di kabupaten Pekalongan selain terdapat banyak pengerajin batik yang handal, juga terdapat obyek – obyek wisata yang indah. Salah satu dari tempat obyek wisata yang layak untuk dikunjungi saat berkunjung ke Pekalongan adalah pantai Depok. Pantai Depok terletak di desa Depok, kecamatan Siwalan, kabupaten Pekalongan. Pantai ini memiliki pemandangan yang indah dengan keberadaan pohon – pohon nyiur di sekeliling pantai. Tiap akhir pekannya, banyak wisatawan yang berasal dari Pekalongan dan sekitarnya yang datang menikmati pemandangan alam di pantai ini. Jumlah pengunjung bertambah saat libur lebaran, dimana banyak pemudik datang bersama keluarganya untuk menghabiskan waktu bersama menikmati indahnya pantai Depok ini. Dengan ombaknya yang tidak terlalu besar menjadikan pantai ini tempat yang menyenangkan untuk bermain air maupun bermain pasir di bibir pantai. Keberadaan pohon nyiur atau Arenga pinnata dalam bahasa latin, selain menambah keindahan juga berfungsi sebagai peneduh bagi wisatawan yang berkunjung. Di sekitar pantai ini juga terdapat warung – warung yang menjajakan makanan kecil khas pekalongan. Terdapat pula WC umum, dan kamar mandi yang dapat digunakan oleh para pengunjung. Jika anda ingin mengunjungi tempa ini, anda dapat menempuh perjalanan sekitar 1 jam dari pusat kota Pekalongan menggunakan kendaraan pribadi maupun bus – bus umum yang ada. Jika anda menggunakan kendaraan pribadi, di dekat pantai Depok juga tersedia lahan parkir yang cukup luas yang dapat anda manfaatkan.

Pantai Pasir Kencana


Rp 4.000
Obyek Wisata yang dikelola oleh Kantor Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pekalongan ini, dibuka untuk umum dari jam 06.00 wib – 21.00 wib. Fasilitas yang tersedia adalah mainan anak-anak dan taman bermain, panggung terbuka, kandang satwa, bangku dan taman untuk bersantai, warung makan, toilet dan lahan parkir. Obyek Wisata lain yang ada disekitar Pantai Pasir Kencana adalah adanya Krematorium, pura, tambak ikan serta Aquarium Ikan Laut yang ada di Pelabuhan Perikanan. Disini pengunjung dapat bersantai sambil menyaksikan matahari terbit / terbenam, aktivitas nelayan dan perahunya, bermain di taman, memancing, olah raga pantai atau sekedar menghirup udara pantai yang segar. Pengunjung biasanya paling banyak datang pada hari Minggu / Libur dan hari Jum’at pagi. Setiap pengunjung wajib membayar tiket masuk dengan harga sebesar Rp. 1.100,00 (hari biasa) ; Rp. 1.600,00 (hari Minggu/Libur) dan Rp. 2.100.

Pantai Slamaran Indah


Rp 5.000
Pagi itu dipenghujung bulan Juni 2013, setelah sarapan pagi di Batang, saya melanjutkan perjalanan ke Pekalongan, ketika sarapan tadi, saya sengaja membungkus bekal makan siang, keluarga bertanya, untuk apa, bukankah hari masih pagi, saya menjawabnya ada aja, maksud saya mau buat kejutan pada keluarga, saya mau mampir di Pantai Slamaran Indah, lalu sekalian makan siang disana, sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke Jakarta. Tetapi, prediksi macet, yang kemarin-kemarin saya alami dari Jawa Timur, ternyata meleset, sekitar jam 9.20 saya sudah memasuki Pekalongan, lalu dengan mengikuti tanda arah, kendaraan saya arahkan sesuai petunjuk menuju Pantai Slamaran. Setelah melalui Muara lalu melewati Galangan Kapal KUD Makaryo Mino, sampailah kami di Pintu masuk Pantai Slamaran Indah. Karena hari itu, hari senin dan tanggal tua, serta masih terhitung pagi, penjaga pintu gerbang kaget, mereka menyangka kami akan melakukan acara ritual untuk Dewi Lanjar, jika memang benar, salah satu dari mereka bersedia untuk membantu kami, mempersiapkan ritual yang dimaksud. Saya terus terang kaget, siapa Dewi lanjar? Lalu karena kami tidak buru-buru, saya ajak salah satu penjaga tadi untuk menemai kami, sementara yang lain berwisata pantai, saya ingin tau tentang cerita Dewi Lanjar. Pantai Slamaran Indah terletak di sebelah timur Pantai Pasir Kencana, dibatasi oleh muara Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Sebagai daerah wisata, Pantai Slamaran memiliki pemandangan yang sangat indah, udara yang segar dan dapat pula disaksikan terbit dan terbenamnya matahari sehingga sangat menarik untuk dikunjungi. Luas lahan Pantai Slamaran Indah sekitar 3,5 Ha. Harga tiket masuk sebesar Rp. 2.750,00 (hari biasa) ; Rp. 5.000,00 (hari Munggu/Libur), sesuai dengan Perda No.25 Tahun 2011, semua tiket sudah termasuk Asuransi. Diceritakan pada jaman dahulu di suatu tempat Kota Pekalongan hiduplah seorang putri yang sangat cantik jelita, sampai sekarang masih menjadi pembicaraan penduduk, yang terkenal dengan nama Dewi Rara Kuning.

Dalam menempuh gelombang hidupnya Dewi Rara Kuning mengalami penderitaan yang sangat berat, sebab dalam usia yang sangat muda ia sudah menjadi janda. Suaminya meninggal dunia setelah beberapa waktu melangsungkan pernikahannya. Maka dari itulah Dewi Rara Kuning kemudian terkenal dengan sebutan Dewi Lanjar. ( Lanjar sebutan bagi seorang perempuan yang bercerai dari suaminya dalam usia yang masih muda dan belum mempunyai anak ). Sejak ditinggal suaminya itu Dewi Lanjar hidupnya sangat merana dan selalu memikirkan suaminya saja. Hal yang demikian itu berjalan beberapa waktu lamanya, tetapi lama kelamaan Dewi Lanjar sempat berpikir kembali bahwa kalau dibiarkan demikian terus akan tidak baik akibatnya. Maka dari itulah ia kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan kampung halamannya, merantau sambil menangis hatinya yang sedang dirundung malang. Tersebutlah, perjalanan Dewi Lanjar sampai disebuah sungai yaitu sungai Opak. Ditempat ini kemudian bertemu dengan Raja Mataram bersama Mahapatih Singaranu yang sedang bertapa ngapung diatas air di sungai itu. Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar mengutarakan isi hatinya serta pula mengatakan tidak bersedia untuk menikah lagi. Panembahan Senopati dan Mahapatih Singoranu demi mendengar tuturnya terharu dan merasa kasihan. Oleh karena itu dinasehatinya agar bertapa di Pantai Selatan serta menghadap kepada Ratu Kidul. Setelah beberapa saat lamanya, mereka berpisah serta melanjutkan perjalanan masing-masing, Panembahan dan Senopati beserta patihnya melanjutkan bertapa menyusuri sungai Opak sedangkan Dewi Lanjar pergi kearah Pantai Selatan untuk menghadap Ratu Kidul. Dikisahkan bahwa Dewi Lanjar sesampainya di Pantai Selatan mencari tempat yang baik untuk bertapa. Karena ketekunan dan keyakinan akan nasehat dari Raja Mataram itu akhirnya Dewi Lanjar dapat moksa ( hilang ) dan dapat bertemu dengan Ratu Kidul. Dalam pertemuan itu Dewi Lanjar memohon untuk dapat menjadi anak buahnya, dan Ratu Kidul tidak keberatan. Pada suatu hari Dewi Lanjar bersama jin - jin diperintahkan untuk mengganggu dan mencegah Raden Bahu yang sedang membuka hutan Gambiren (kini letaknya disekitar jembatan anim Pekalongan dan desa Sorogenen tempat Raden Bahu membuat api) tetapi karena kesaktian Raden Bahu, yang diperoleh dari bertapa Ngalong (seperti Kalong / Kelelawar), semua godaan Dewi Lanjar dan jin - jin dapat dikalahkan bahkan tunduk kepada Raden Bahu. Karena Dewi Lanjar tiada berhasil menunaikan tugas maka ia memutuskan tidak kembali ke Pantai Selatan, akan tetapi kemudian memohon ijin kepada Raden Bahu untuk dapat bertempat tinggal di Pekalongan. Oleh Raden Bahu disetujui bahkan pula oleh Ratu Kidul. Dewi Lanjar diperkenankan tinggal dipantai utara Jawa Tengah terutama di Pekalongan. Konon letak keraton Dewi Lanjar terletak dipantai Pekalongan disebelah sungai Slamaran. ( Sumber Kantor Pariwisata & Kebudayaan )

Curug Muncar


Rp 17.000
Petungkriyono merupakan salah satu kecamatan Kabupaten Pekalongan berlokasi di lereng Gunung Ragajambangan pada ketinggian 900 – 1600 m dpl. Sebuah kawasan yang sejuk dengan keragaman kemolekan dan keindahan alam yang cocok untuk tempat wisata. Dari ibukota Kabupaten Pekalongan berjarak 30 km dan dapat di capai dengan kendaraan umum. Sebagai kawasan ekowisata, Petungkriyono merupakan lokasi yang memberikan banyak pilihan untuk melakukan pemenuhan hasrat berwisata alam secara bertanggung jawab. Di kawasan ini anda dapat memperoleh pengalaman melakukan penjelajahan alam dan kegiatan outbond. Curug Muncar adalah suatu tempat wisata alam air terjun yang terletak disebuah desa Curug Muncar, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. Ditempat ini pengunjung akan disuguhkan pemandangan alam berupa air terjun yang memiliki keindahan alam yang tak kalah dengan air terjun dibelahan bumi lainya, dengan jarak tempuh sekitar 30 km ke- arah selatan dari alun – alun kajen kabupaten pekalongan dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Selain itu, dalam perjalanan menuju lokasi wisata tersebut, pengunjung akan di manjakan dengan udara yang sejuk serta pemandangan yang masih asri dengan sajian pemandangan barisan pepohonan di areal hutan lindung ini. Selain dengan air terjun yang begitu mempesona, keberadaan Curug yang terletak di ketinggian 1250 m diatas permukaan laut ini di lengkapi camping ground yang dilengkapi dengan MCK, Pendopo, Pos Jaga dan tempat bermain. Dengan sumber air yang bernama sumber air rogo jembarang, memiliki 3 tingkatan yakni telogo lumbu, kalibanteng dan telogo lawe dengan ketinggian air terjun 100m. Marsono Kepala Desa Curug muncar saat mendampingi peserta Press Gathering Kabupaten pekalongan, Sabtu (27/4) mengungkapkan sedikit sejarah keberadaan Curugmuncar ini. “Curug ini tercipta sekitar ratusan tahun yang lalu, karena dulu ditempat tersebut terdapat banyak sumber mata air yang terpencar dibanyak tempat disekitar lereng pegunungan tersebut. Sampai akhirnya sumber mata air tersebut menyembur banyak dan terbentuk sebuah air terjun” katanya. Marsono juga mengatakan bahwa keberadaan desa yang kini penduduknya sekitar 300 KK ini’ merupakan tempat persinggahan para pendatang dari berbagai daerah lain di Indonesia dan akhirnya menetap di sini. “Bahkan nenek moyang saya juga berasal dari luar pekalongan”, lanjutnya saat menerima para tamu peserta press gathering di balai desa curugmuncar. Menurutnya pada hari libur nasional atau hari-hari besar seperti tahun baru atau lebaran, lokasi curug muncar akan banyak dikunjungi wisatawan dari daerah lain, seperti Pemalang, Batang, Semarang dan kota-kota lainnya. “Biasanya pada hari libur dan hari besar lainnya curug muncar akan di kunjungi banyak tamu”, tuturnya.

Curug Cinde


Rp 15.000
Lokasi Terletak di Desa Depok, Kecamatan Lebakbarang, Kabupaten Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah. Peta dan Koordniat GPS: Aksesbilitas Berjarak 24 km dari kota Kajen (ibukota kabupaten). Untuk menuju kesana dari kota Pekalongan arahkan kendaraan ke kota Kajen, lalu ke arah kecamatan Karang Anyar (sekitar 19 km). Dari Karang Anyar kemudian dilanjutkan sekitar 5 km menuju Desa Depok, Kecamatan Lebak Barang. Waktu yang dibutuhkan sekitar 2 jam untuk sampai di desa Depok ini. Perjalanan ke curug ini melewatii hutan heterogen yang didominasi tanaman produksi Pinus dan Karet. Jika menggunakan kendaraan umum dari kota Pekalongan turun di kecamatan Karanganyar lalu naik naik angkot dengan jurusan Depok. Dari desa Depok perjalanan diteruskan dengan berjalan kaki kurang lebih 1 km menuju air terjun dengan melewati jalan setapak yang menanjak, licin dan penuh lintah. Waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Selama perjalanan menuju curug ini akan ditemui 2 buah air terjun kecil dengan ketinggian masing-masing sekitar 5 dan 30 m. Fasilitas dan Akomodasi Tak ada fasilitas apapun disini, dan masih terlihat alami. Namun beberapa sampah nampak berserakan di lokasi ini.

Kluban

/>
Rp. 4.000

Kluban itu makanan warga Pekalongan , khususnya di wilayah Kabupaten Pekalongan , seputar Kec. Kedungwuni, Pekajangan , Wonopringgo pada sore hari menjelang Magrib dan setelah maghrib. Kluban itu Urapan terdiri dari Kacang panjang, taoge, Kol, bayam atau kangkung dengan bumbu Mboksiyah = lombok trasi uyah (garam ), di tambah kencur dan di urap bersama parutan kelapa. Kluban biasanya dicampur dengan Bothok atau Pindang tetel. Bothok itu sayur Lodeh yang biasanya berisi Tahu dan Bongkrek (oncom) dengan santen encer trus di guyurkan ke sepincuk (daun pisang yang di lipet dan di semat lidi untuk tempat Kluban). Kluban Bothok dan Kluban Pindang tetel biasanya jadi makanan yang di kangenin warga Pekalongan di luar kota setiap lebaran tiba .

Garang Asem

/>
Rp. 6.000

Hampir sama dengan Pidang tetel, Garang Asam juga berisi tetelan daging sapi namun kuahnya diberi banyak tomat, sehingga memberian rasa asam namun segar. Garang asam biasanya dicampur dengan daging, jerohan atau telur. Biasanya Garang asam dimasak agak pedas, sehingga rasanya tambah nikmat. Di kota pekalongan Garang asam banyak sekali djumpai diwarung – warung terutama pada siang hari.

Tauto (Soto) Pekalongan


Rp. 5.000

Tauto pekalongan adalah soto dengan bumbu tauco. Soto asal Pekalongan ini memang menggunakan taoco manis sebagai bumbunya. Untuk isinya tauto menggunakan daging sandung lamur, telur rebus dan emping. Sajikan dengan taburan bawang goreng, daun seledri dan perasan air jeruk nipis. Penyajian tauto cukup sederhana, hanya berisi dengan bihun putih, daun bawang, bawang merah dan kuah sotonya. Setelah semuanya dicampur, baru kemudian ditambahkan dengan tauto nya, yaitu kedelai yang telah dimasak dan dihaluskan. Dengan tambahan bumbu kedelai ini, kuahnya bertambah harum dengan cita rasa yang khas. Rupanya hal inilah yang membedakan dengan soto-soto lainnya yang ada. Sebagai menu pelengkap biasanya tersedia tempe dan tahu goreng khas Pekalongan.

Pindang Tetel


Rp. 7.000

Pindang tetel adalah sayur berkuah berisi tetelan daging sapi dan irisan daun bawang dengan bumbu pindang, yaitu rempah-rempah bercampur kluwak. Ciri khas lain pindang tetel adalah kehadiran kerupuk merah dan kuning yang digoreng dengan pasir. Pindang tetel tidak cocok berpadu dengan kerupuk yang digoreng dengan minyak karena akan merusak cita rasanya. Pindang Tetel banyak dijumpai di Kecamatan Kedungwuni dan yang paling khas adalah di Desa Ambokembang.zimnya jadi lauk masyarakat akar rumput di pekalongan, megono layak anda coba. Selamat berkelana mencari megono di pantura

Megono


Rp. 10.000

Megono bisa jadi berasal dari kata ‘mergo’ atau sebab dan ‘ono’, artinya ada. Megono berbahan dasar nangka muda dan kelapa. Jika nangka muda sulit didapat, maka tanpa mengurangi nikmatnya rasa megono, rebung atau tunas bambu dijadikan penggantinya. Pada masa lalu, megono umumnya hanya bisa dijumpai di warung-warung makan kelas menengah ke bawah sepanjang pantura dari Pekalongan hingga Batang. Namun, kini telah diadopsi bersama soto Pekalongan, dapat ditemui di beberapa restoran di Semarang, Jakarta juga kota besar lain. Membuat megono tak terlampau rumit. Nangka muda yang telah dicacah hingga kecil-kecil direbus. Setelah matang dicampur dengan bumbu urap yang terdiri dari parutan kelapa dan bumbu dapur yang dihaluskan seperti bawang putih, bawang merah, cabe, jeruk purut, kencur dan garam. Menghidangkannyapun cukup sederhana, yaitu nasi putih langsung diberi taburan megono. Meski tergolong sederhana dan lazimnya jadi lauk masyarakat akar rumput di pekalongan, megono layak anda coba. Selamat berkelana mencari megono di pantura

Perikanan Pekalongan

Musim Penangkapan Ikan Penangkapan ikan di Pekalongan dipengaruhi oleh factor musim yaitu musim Barat, musim Timur dan musim Peralihan. Di musim Barat, ditandai dengan keadaan cuaca yang tidak bagus pada bulan November sampai Maret. Kondisi fisik terlihat dengan adanya ombak besar dan angin yang bertiup sangat kencang. Di musim ini, nelayan memilih tidak melaut atau pulang ke kampong halaman. Ada beberapa nelayan, memanfaatkan musim Barat untuk mencari nafkah di luar sektor penangkapan ikan, seperti sewa motor, pekerja sewa di pabrik, perajin batik dan sebagainya. Musim Timur, merupakan kebalikan dari musin Barat, terjadi pada bulan Juni sampai Oktober. Kondisi di laut sangat mendukung untuk penangkapan ikan dikarenakan musim puncak ikan. Melimpahnya ikan mendorong nelayan di wilayah Pekalongan dan sekitarnya untuk melaut. Untuk musim peralihan, terbagi menjadi dua bagian, pada bulan Oktober hingga November dan April hingga Mei. Keadaan di laut mengalami peralihan, sehingga kondisi fisiknya tidak menentu. Namun, kapal-kapal tetap melaut, tidak takut terhadap factor musim. Daerah Penangkapan Ikan Penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan salah satu factor yang menentukan keberhasilan operasi penangkapan ikan. Daerah penangkapan ikan ditentukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan pengalaman kapten kapal pada operasi sebelumnya dan mencari informasi melalui pemantauan radio SSB terhadap kapal yang sedang melakukan operasi. Pemilihan DPI tentunya dengan memantau informasi keadaan cuaca yang diberikan syahbandar perikanan. Hal lain yang menentukan pemilihan DPI adalah izin yang dimiliki kapal tersebut. Sebagian kapal masih memiliki izin untuk beroperasi di Laut Jawa (WPP-RI 712), namun sebagian kapal hanya memiliki izin untuk melakukan penangkapan di Selat Karimata, Selat Makassar dan Laut Natuna (WPP-RI 711) (Ekaputra, 2009). Pada bulan-bulan dimana terjadi arus musim barat yaitu pada bulan Desember – Februari, kapal-kapal purse seine cenderung memilih DPI yang lebih dekat dari PPN Pekalongan seperti Bawean, Lumu-lumu, Matasiri, Lari-larian, Daerah Utara Pulau Bali, Karimun Jawa dan Mamburit. Sedangkan saat terjadi arus musim timur yaitu pada bulan Juni-Agustus, kapal-kapal purse seine dapat beroperasi lebih jauh seperti di Kotabaru, Masalembo, Goa-goa, Sulawesi (S. Karimata), Makassar (S. Makassar) dan Laut Cina Selatan (Kep. Natuna) (Ekaputra, 2009 Unit Penangkapan Ikan Purse seine adalah alat tangkap yang paling banyak memberikan kontribusi bagi produksi ikan laut di Kotamadya Pekalongan (PPN Pekalongan, 2007). Unit purse seine merupakan satu kesatuan teknis dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri atas kapal, alat tangkap dan nelayan. Dalam Manurung (2006), unit penangkapan yang dominan menangkap ikan komoditas unggulan dan memiliki produktivitas tertinggi dari keseluruhan unit penangkapan yang ada di Pekalongan adalah unit penangkapan purse seine. Kapal Penangkap Ikan Kapal penangkap ikan, merupakan kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya, baik langsung maupun tidak langsung. Perahu yang membawa hasil 7 dari daerah produksi/daerah penangkapan ikan (DPI) ke daerah konsumen tidak disebut kapal atau perahu penangkap, tetapi perahu atau kapal yang digunakan untuk mengangkut nelayan, alat tangkap dan hasil tangkapan dalam rangka penangkapan termasuk dalam perahu/kapal penangkap (Dirjen Perikanan (1999) dalam Mara (2010)). Pada umumnya kapal yang digunakan oleh nelayan-nelayan di Kotamadya Pekalongan terbuat dari jenis kayu jati (Tectona grandis). Konstruksi atau rancang bangun kapal berbeda tergantung alat tangkapnya. Daya tahan kapal dari jenis kayu ini mencapai 15-20 tahun. Daya tahan ini dibutuhkan selama pelayaran menuju daerah penangkapan, ketika melakukan operasi penangkapan dan sewaktu melakukan pelayaran kembali ke Pelabuhan (Christanti, 2005). Di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP), terdapat kapal-kapal pendatang yang didominasi oleh kapal dari Rembang untuk kapal mini purse seine, dan kapal Pekalongan untuk kapal purse seine. Kapal lainnya, misalnya gillnet sangat sedikit ditemukan di Pelabuhan, terlihat di saat mengisi bahan bakar di SPBN, jarang bersandar di PPN Pekalongan. Kapal gillnet yang didominasi dari wilayah Jawa Timur, lebih memilih bersandar di Batang. Pada saat dilakukan praktek kerja lapang (PKL), bertepatan dengan musim Timur, dengan potensi tangkapan ikan yang melimpah. Pendataan kapal dengan metode observasi dan wawancara, mempunyai jumlah sampel 30 buah. Dari sampel tersebut, didapatkan 63% kapal mini purse seine, 30% kapal purse seine dan 7% kapal gillnet. Menurut data dari Buku Statistik PPN Pekalongan (2011), selama sepuluh tahun terakhir (2001-2010), puncak penurunan terbesar angka masuk, keluar dan bongkar kapal purse seine di tahun 2010 (Tabel 3, Lampiran). Dibandingkan dengan tahun 2009, penurunan nilai kapal masuk 22%, kapal keluar 21% dan bongkar kapal 22%. Angka terbesar di tahun 2001, kapal masuk 3.447 buah, kapal keluar 3.286 buah dan bongkar kapal 6.798 buah. Untuk kapal purse seine di Pekalongan berdasarkan metode observasi, GT bervariasi dengan kisaran 59-135 GT. Ada 6 kapal yang beroperasi dengan purse seine, sebanyak 5 kapal dengan kisaran 59-100 GT, dan 1 kapal di atas 100 GT. Kapal-kapal purse seine yang bersandar lebih mudah ditemui pada awal bulan dan memasuki pertengah bulan, di saat terang bulan. Di akhir bulan, kapal sudah tidak beroperasi, hanya bersandar di PPN Pekalongan. ABK kapal memasuki masa libur, kembali ke rumahnya masing-masing. Di saat siang hingga sore hari, ABK yang masih di kapal melakukan perbaikan kapal dan persiapan alat tangkap, di awasi oleh pemilik kapal. Menurut, grafik berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh PPN Pekalongan pada bulan Juli 2011, ditemui tidak adanya kapal gillnet, 1 kapal angkut, 28 kapal purse seine dan 68 kapal mini purse seine yang bersandar di PPN Pekalongan. Jumlah keseluruhan kapal adalah 95 kapal. Alat Penangkap Ikan Di Indonesia, alat tangkap mempunyai berbagai macam variasi menjadi 11 klasifikasi yaitu pukat udang, pukat ikan, pukat kantong, pukat cincin, jaring insang, jaring angkat, pancing, perangkap, alat pengumpul kerang dan rumput laut, muroami, dan lain-lain. Alat tangkap yang banyak dioperasikan di PPN Pekalongan adalah jenis pukat: pukat cincin (purse seine), pukat cincin mini (mini purse seine), jaring insang (gillnet), pancing (longline) dan sebagainya. Nomura dalam Yudianto (1992), membagi jaring purse seine dalam dua bagian besar yaitu badan/tubuh jaring, kantong dan bagian selvadge atau jaring penguat. Bagian tubuh jaring terbuat dari bahan yang halus, sehingga dapat mengurangi daya tahan terhadap arus. Sebaliknya, pada bagian kantong badannya harus lebih kuat agar dapat menahan gaya tegang atau goncangan yang disebabkan oleh ikan-ikan hasil tangkapan yang berkumpul pada bagian kantong sedangkan pada bagian selvadge digunakan untuk melindungi jaring bagian atas dan bawah terhadap gaya tegang dan terbuat dari bahan yang lebih berat dari bagian kantong. Bagian sisi bawah diusahakan dapat tenggelam secepat mungkin karena penggunaan purse seine pada umumnya bertujuan untuk menangkap ikan pelagis. Alat tersebut diharapkan dapat melingkari gerombolan ikan dengan cepat, untuk mencegah ikan melarikan diri dapat dilakukan dengan membuat dinding jaring yang cukup lebar dan mengurung gerombolan ikan ke dalam lingkaran secepat mungkin. Purse seine digolongkan ke dalam kelompok surrounding nets (Von Brandt (1984) dalam Pratiwi, 2002). 3.2.3.3. Nelayan Dalam kegiatan penangkapan ikan, nelayan purse seine berjumlah 30 – 40 orang yang terbagi menjadi nakhoda, wakil nakhoda, juru mesin, juru mudi, juru arus, juru lampu, juru masak, juru perbekalan, juru gudang dan buruh penarik jaring. Pembagian tugas ini berdasarkan keahlian yang dimiliki oleh nelayan. Menurut Ayodhoa (1981), nelayan menurut aktifitasnya dikelompokkan menjadi : (1) nelayan penuh, yaitu nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk menangkap ikan; (2) nelayan sambilan utama, yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya digunakan untuk menangkap ikan; dan (3) nelayan sambilan tambahan, yaitu nelayan yang hanya sebagian kecil waktunya digunakan untuk menangkap ikan. Jumlah nelayan yang dibutuhkan untuk pengoperasian setiap unit penangk apan ikan tergantung dari ukuran kapal/perahu yang digunakan dan besaran ukuran jaring, biasanya sebagian besar ukuran jaring dan sebagian besar ukuran kapal, maka semakin banyak tenaga kerja yang dibutuhkan sampai batas tertentu. Jumlah nelayan untuk unit purse seine paling banyak menyerap tenaga kerja, hal ini dipengaruhi oleh kapasitas perahu purse seine yang lebih besar dan juga jarak jangkaunya yang lebih jauh. Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan, kapal purse seine yang bersandar didominasi oleh kapal Pekalongan. Nelayan yang ikut kapal purse seine merupakan warga yang berdomisili di Pekalongan. Dalam sekali melaut, nelayan menghabiskan waktu di laut selama 2 – 3 bulan. Setelah melakukan satu trip, nelayan akan libur melaut hingga 1-2 minggu, kembali ke rumah masing-masing. Kapal-kapal purse seine akan diperbaiki kondisinya bila mengalami kerusakan di waktu libur nelayan. Persiapan alat tangkap yang digunakan ketika melaut dilakukan sore hari. Para nelayan akan diawasi oleh pemilik kapal dalam melakukan perbaikan kapal dan persiapan alat tangkap. Operasi Penangkapan Ikan Pada umumnya dalam pengoperasian purse seine dikenal dua cara (Sudirman dan Mallawa, 2004), yaitu (1) purse seine dioperasikan dengan mengejar gerombolan ikan, hal ini biasanya dilakukan pada siang hari; (2) menggunakan alat bantu penangkapan seperti rumpon, cahaya, fish finder. Hal ini dapat dilakukan pada siang dan malam hari. Di Pekalongan, system penangkapan ikan ini digunakan untuk mendapatkan ikan yang optimal. Sedangkan untuk kapal mini purse seine, alat bantu yang digunakan dominasi dengan alat bantu cahaya, lampu, dan rumpon. Untuk penggunaan fish finder sendiri kurang dioptimalkan karena kurangnya pemahaman aplikasi instrument tersebut untuk menangkap ikan. Instrument ini lebih cenderung hanya untuk mengetahui kedalaman perairan dan keberadaan karang. Menurut Ayodhyoa dalam Lestiawan (2008), pengoperasian alat tangkap Purse seine dapat digambarkan sebagai berikut : a. Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat pada permukaan air, ikan-ikan yang melompat-lompat dipermukaan, terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan, buih-buih permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik-nukik dan menyambar-nyambar dipermukaan laut dan lain sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari terbit atau senja hari setelah matahari terbenam. Dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu seperti fish finder, dll, waktu operasi tidak lagi terbatas pada dini hari dan senja hari, siang hari sekalipun jika ada gerombolan ikan diketemukan segera jaring dapat dipasang. b. Pada operasi malam hari, mengumpulkan atau menaikan ikan kepermukaan laut dilakukan dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu. Biasanya dengan alat bantu fish finder bisa diketahui depth (kedalaman) dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini telah ditentukan barulah lampu dinyalakan. Kuat cahaya (light intensity) yang digunakan berbeda-beda, tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya, juga pada sifat phototaksisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Sebagai contoh Purse seine untuk ikan sardine nelayan jepang menggunakan cahaya sekitar 3.000 – 5.000 cahaya lilin (Candle Light). c. Setelah gerombolan ikan (fish Shoaling) diketemukan perlu juga diketahui arah renang (Swimming Direction), kecepatan renang (Swimming Speed), kepadatan (density) ikan. Hal-hal ini dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan , kecepatan angin dan arus. Sesudah hal-hal diatas diperhitugkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini haruslah dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan penangkapan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi kapal, jaring diturunkan dan lain-lain sebagainya. Tidak boleh pula luput dari perhitungan, ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang telah terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat yang aman (pada umumnya ketempat yang mempunyai kedalaman/depth lebih dalam), dengan demikian arah perentangan jaring harus pula dapat menghadang ikan yang terkepung dalam keadaan yang memungkinkan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam. Pada waktu melingkari gerombolan ikan, kapal dijalankan dengan cepat, tujuannya agar gerombolan ikan segera dapat terkepung, setelah selesai mulailah Purse line (tali kolor) ditarik dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan tidak dapat melarikan diri pada arah horizontal, sedangkan dengan menarik Purse line adalah untuk mencegah ikan supaya tidak dapat melarikan diri kearah bawah. Untuk mencegah hal ini dipakai pemberat (Tom’s Weight) ataupun dengan pergerakan-pergerakan galah, memukul-mukul permukaan air, dan lain sebagainya. Setelah Purse line ditarik barulah tali pelampung (Float line) serta tubuh jaring (wing). Ikan-ikan yang telah terkumpul diserok keatas kapal. Fasilitas Sarana dan Prasarana Fasilitas yang disediakan oleh PPN Pekalongan bagi pengguna jasa pelabuhan perikanan (PPN Pekalongan, 2009) antara lain: 1. Fasilitas pokok, ialah fasilitas yang diperlukan kapal ikan untuk berlayar keluar masuk pelabuhan secara aman dan tempat berlabuh bagi kapal-kapal tersebut. Fasilitas pokok ini terdiri dari : a. Penahan gelombang timur 275 m2 b. Penahan gelombang barat 320 m2 c. Dermaga quay barat 345 m2 d. Dermaga quay timur 220 m2 e. Alur pelayaran f. Sarana navigasi 2. Fasilitas fungsionil, ialah fasilitas pelengkap dari fasilitas pokok untuk memperlancar pemberian jasa-jasa pelabuhan. Fasilitas ini terdiri dari: a. Perbengkelan 1 unit b. Slip way 1 unit c. Tempat perbaikan/penjemuran jarring d. Tempat parker e. Menara air bersih dan jaringan instalasi air 4 unit f. TPI selatan seluas 1.930 m2 dan TPI utara seluas 3.704 m2 g. Tempat peristirahatan nelayan seluas 131 m2 h. Pasar pengecer ikan 135 m2 i. Rumah genset dan Genset 2 unit j. Kantor PPN Pekalongan seluas 376 m2 k. Balai pertemuan PPN Pekalongan seluas 214 m2 l. Kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera cabang Pekalongan m. Unit pengolah limbah 2 unit n. Pagar keliling sepanjang 710 m o. Pos Pemeriksaan Terpadu seluas 132 m2 p. Bangunan penyaluran BBM seluas 342,73 m2 q. Gudang perlengkapan seluas 132 m2 r. Drainase sepanjang 1000 m s. Gudang keranjang ikan seluas 243 m2 t. Pos keamanan seluas 18 m2 dan seluas 30 m2 u. Jalan komplek pelabuhan sepanjang 2.500 m dan 1.150 m v. TPI Higienis seluas 400 m2 w. Talud sebelah timur sungai sepanjang 70 m x. Gedung laboratorium mini seluas 54 m2 3. Fasilitas tambahan, yaitu fasilitas yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraaan masyarakat nelayan dan memberikan kemudahan bagi masyarakat umum serta tidak dapat dimasukkan dalam 2 fasilitas di atas. Fasilitas tersebut antara lain : a. Waserda seluas 120 m2 b. Rumah dinas seluas 60 m2 c. Kawasan wisata bahari 1 Ha d. Mess operator seluas 85 m2 e. Gedung depo nelayan seluas 168 m2 Fasilitas Pendaratan 1) Dermaga Dermaga merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan di laut (Lubis (2005) dalam Mulyadi (2007)). Panjang dermaga yang dibutuhkan suatu pelabuhan perikanan ditentukan oleh salah satu factor yaitu cara kapal merapat di dermaga. Menurut Anynomous (1981) dalam Mulyadi (2007), ada tiga cara kapal merapat di dermaga yaitu : - Secara memanjang dimana sisi kapal menempel pada dermaga - Secara tegak dimana haluan kapal menempel pada dermaga - Secara miring dimana sisi depan kapal yang menempel pada dermaga Pada umumnya pelabuhan perikanan di Indonesia mempergunakan cara pertama atau ketiga. 2) Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga (Lubis (2005) dalam Mulyadi (2007)). Kolam pelabuhan fungsinya dibagi menjadi dua, yaitu sebagai tempat untuk alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga dan sebagai kolam putar, artinya daerah perairan untuk berputarnya kapal (turning basin). 3) Alat Bantu Peranan alat bantu dalam proses pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan sangat pentung, terutama dalam membantu proses pembongkaran, pengangkutan dan pendistribusian hasil tangkapan. Menurut Pane dalam Mulyadi (2007), dalam komunikasi pribadi mengemukakan bahwa alat bantu yang dapat mempercepat dan membantu proses pendaratan hasil tangkapan, alat bantu ini haruslah bersifat tidak merusak, bersih, tahan lama dan mudah dalam pemeliharaannya. Menurut Anynomous (2006) dalam Mulyadi (2007), alat bantu yang dipergunakan dalam proses pendaratan hasil tangkapan di PPN Pekalongan antara lain: keranjang (basket), serok (untuk mengambil ikan dari dalam palka kapal), papan luncur dan kereta dorong. Fasilitas Penanganan Fasilitas penanganan hasil tangkapan akan sangat mempengaruhi upaya minimalisasi penurunan mutu oleh metabolism bakteri di dalam tubuh ikan. 1) Tempat Pelelangan Ikan Fungsi utama tempat pelelangan ikan (TPI) adalah sebagai tempat untuk melelang ikan hasil tangkapan , dimana terjadi pertemuan antara penjual dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan perikanan) (Lubis (2000) dalam Mulyadi (2007)). Tempat pelelangan ikan juga mempunyai fungsi tamban yaitu untuk melindungi hasil tangkapan dari sinar matahari langsung pada saat dilakukan pelelangan, juga sebelum dan sesudah pelelangan. Menurut Anynomous (1981) dalam Mulyadi (2007), kegiatan yang biasanya dilakukan di gedung pelelangan ikan adalah: - Menyortir, membersihkan dan menimbang ikan-ikan yang dibongkar dan dipersiapkan untuk dilelang (ruang sortir). - Memperagakan dan melelang ikan (ruang lelang). - Mengepak ikan yang telah dilelang untuk dibawa pergi (ruang pengepakan). Di PPN Pekalongan (Mulyadi, 2007), perbandingan luas antara ruang sortir : ruang lelang : ruang pengepakan adalah 1: 2 : 1, jadi ruang lelang merupakan 50% dari seluruh ruang pelelangan. Luas gedung pelelangan ditentukan oleh beberapa factor antara lain, jumlah produksi yang harus ditampung oleh gedung pelelangan, jenis ikan yang ditangkap dan cara penempatan ikan pada saat peragaan. 2) Instalasi Air Bersih Pane (2005) dalam Mulyadi (2007), Air yang digunakan untuk kebutuhan melaut dan penanganan ikan harus memenuhi syarat sanitasi dan hygiene. Sumber air bersih di suatu pelabuhan dapat berasal dari sungai, setu, waduk, sumur artesis, PAM, air laut olahan dan waduk buatan. Menurut Mahyudin (1982) dalam Mulyadi (2007), di PPN Pekalongan, air tawar digunakan untuk perbekalan operasi ke laut, air minum, sanitasi, WC, kamar mandi dan perumahan tamu. Air bersih yang tersedia di PPN Pekalongan, tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para nelayan. Ikan yang turun dari kapal, disiram dengan air sungai yang sudah tercemar limbah maupun minyak. Di TPI Higienis, nelayan juga masih melakukan penyiraman dengan air sungai, padahal sudah ada kran air bersih untuk penyiraman ikan. Air bersih di TPI Higienis ditentukan jadwal pengalirannya sesuai dengan kedatangan kapal-kapal yang melakukan pelelangan di TPI Higienis. Masjid yang dibangun di area komplek gedung pelelangan ikan, air bersih tidak berjalan dengan baik. 3) Pabrik Es atau Unit Pelayanan Es Penggunaan es dalam melaut, biasanya digunakan oleh nelayan kapal mini purse seine dan gillnet yang melakukan penangkapan ikan dalam durasi 1 – 10 hari. Menurut Mulyadi (2007), es digunakan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan, penanganan saat ikan didaratkan atau sebelum sampai ke tempat tujuan konsumen. Anynomous (2003) dalam Mulyadi (2007), menyatakan bahwa kebutuhan es untuk keperluan kapal penangkapan ikan disuplai dari beberapa pabrik es yang dikelola oleh swasta dan Koperasi Unit Desa (KUD) yang berlokasi di sekitar PPN Pekalongan. Pelayanan es yang ada di PPN Pekalongan yaitu berupa penyediaan pasokan es untuk perbekalan penangkapan ikan. Penanganan dan Pengolahan Ikan Penanganan dan pengolahan hasil perikanan bertujuan memberikan nilai jual yang lebih terhadap produk perikanan yang dihasilkan, hasil tangkapan dapat bertahan lebih lama, sehingga dapat dipasarkan ke pihak konsumen sebagai ikan segar atau bentuk olahan, tanpa adanya resiko penurunan mutu yang lebih besar. Tinggi rendahnya mutu ikan sebagai bahan mentah atau bahan baku prose pengolahan sangat tergantung pada penanganan yang dilakukan. Makin baik proses pengolahannya, makin tinggi pula mutu ikan yang dihasilkan. Penanganan dan pengolahan hasil tangkapan ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan sebagai berikut : Penanganan ikan di PPN Pekalongan Sebelum ikan masuk ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI), maka dilakukan tahap penanganan seperti pada waktu pembongkaran hasil tangkapan diadakan penyortiran menurut jenis dan dimasukkan ke dalam keranjang diberi label yang berisi nama kapal dan pemiliknya. Ikan selanjutnya ditimbang dan disaksikan oleh pemilik dan nahkoda kapal serta petugas dari TPI. Pelelangan dimulai sesuai dengan nomor urut lelang. Setelah selesai lelang, ikan dibawa ke tempat pengepakan. Wadah yang digunakan adalah drum plastic. Adapun tahap-tahap penanganan setelah pelelangan adalah pecahan es balok diletakkan pada dasar wadah, lalu ikan selapis demi selapis dimasukkan kedalamnya. Setiap lapisan diberi pecahan es balok secukupnya. Pada lapisan paling atas ditutup dengan pecahan-pecahan es balok. Sedangkan untuk ikan yang berasal dari kapal purse seine sudah digarami terlebih dahulu di kapal. Pengolahan ikan di PPN Pekalongan Pengolahan ikan selain bertujuan mempertahankan mutu ikan agar tahan lama, juga dimaksudkan untuk meningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi produk untuk memperluas jangkauan pemasaran. Bentuk pengolahan ikan di sekitar PPN Pekalongan adalah pengasinan, pemindangan dengan skala industry rumah tangga yang dilakukan di rumah masing-masing. Di pengolahan hasil perikanan PT Maya Foods, diperoleh ikan kalengan dan kerupuk ikan. Distribusi dan Pemasaran Ikan Hasil tangkapan nelayan pada umumnya didaratkandi PPN Pekalongan. Tetapi ada juga yang menjual hasil tangkapannya ke nelayan lain di tengah laut. Nelayan menjual hasil tangkapannya di laut dengan alasan lama trip yang memungkinkan ikan tersebut mudah rusak. Biasanya terjadi pada kapal besar yang memiliki lama trip berbulan-bulan. Sebelum didistribusikan ke pasar, ikan hasil tangkapan tersebut dilelang terlebuh dahulu. Proses pelelangan di TPI PPN Pekalongan dikelola oleh KUD Makaryo Mina dengan retribusi yang dikenakan kepada nelayan 3% dan kepada bakul 2% dari harga ikan yang dilelang. Bakul yang ikut lelang adalah pedagang besar, pedagang kecil, pengolah ikan, dan konsumen akhir (Rachmat, 2010). Hasil tangkapan yang sudah selesai dilelang, selanjutnya ada yang dipindahkan ke alat angkut untuk didistribusikan dan ada juga dilakukan pencucian, penggaraman di es-kan, dijual kembali ke bakul lain, tempat pemasaran ikan dan ke pengolah ikan. Untuk pasar local Jawa Tengah adalah Kalibening, Pemalang, Kendal, Tegal dan Brebes. Daerah distribusi hasil tangkapan dari PPN Pekalongan untuk jenis ikan yang dominan (banyar, layang, lemuru, tembang, selar dan tongkol) meliputi daerah Jakarta, Bandung, Bogor, Sukabumi, Cirebon, Pati, Semarang dan Jawa Timur yaitu Kota Surabaya. Dari aspek distribusi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan memiliki posisi sangat strategis terhadap mata rantai pemasaran ikan karena berfungsi sebagai pasar induk (Whole sale market) dimana ikan-ikan yang didaratkan tersebut dilelang kemudian langsung didistribusikan ke pasar eceran (retail market) di daerah konsumen di kota maupun di berbagai desa terpencil atau dikirim dulu ke tempat pengolahan ikan untuk diproses lebih lanjut menjadi bermacam-macam produk olahan seperti diasinkan, dipindang, dikaleng, diasap atau dijadikan tepung ikan (Kusumawati, 2008). Pemasaran hasil tangkapan dengan system pelelangan yang sudah berjalan sangat baik merupakan salah satu keunggulan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pekalongan dalam mendistribusikan hasil tangkapannya juga letaknya yang strategis yang telah memberikan akses yang lebih mudah bagi alat transportasi dari segala ukuran dalam pengangkutan hasil tangkapan yang sudah dilelang (Manurung, 2006). - See more at: http://nizcha0804.blogspot.com/2012/02/kondisi-umum-perikanan-pekalongan.html#sthash.3bw9TZwy.dpuf

Sarimbit Gamis

Sentra Batik Pekalongan


Rp 150.000
Baju sarimbit gamis yang satu ini sangat cocok untuk ada dan pasangan, karena tersedia dengan berbagai warna yang calm dan membuat anda menjadi lebih tampak elegan, tersedia ukuran untuk laki-laki ukuran M dan L, sedangkan untuk wanita tersedia dengan ukuran all size

Baju Batik Untuk Kerja

Sentra Batik Pekalongan


Rp 150.000
Baju batik kerja untuk wanita ini cocok dipake untuk kerja bagi para wanita karir, dengan harga RP. 50.000.00,- untuk masing-masing baju, dan cocok untuk semua warna kulit, sehingga membuat Anda para wanita karis mampu terlihat cantik, tersedia dengan ukuran M, L, dan XL

Batik Berompi

Sentra Batik Pekalongan


Rp 55.000
Baju batik kerja untuk wanita ini sangat cocok dipake untuk kerja dengan variasi berompi di bagian dada, tersedia dengan ukuran M, L, dan XL

Sarimbit Merah

Sentra Batik Pekalongan


Rp 95.000
Baju Batik Sarimbit yang satu ini berukuran M dan L untuk laki-laki, sedangan untuk perempuan berukuran all size, dengan warna yang merah ini membuat anda dan pasangan menjadi elegan dan cocok untuk kulit putih anda

Sarimbit Batik Gamis

Sentra Batik Pekalongan


Rp 125.000
Baju Batik Sarimbit Gamis, sangat cocok untuk dipakai buat anda dan pasangan, dengan warna hijau yang calm ini membuat anda kelihatan lebih segar

Sarimbit

Sentra Batik Pekalongan

">
Rp 80.000
Baju sarimbit untuk 'couple'an dengan pasangan, dengan perpaduan warna yang calm membuat anda dan psangan terlihat gagah

Sentra Batik

Sentra Batik Pekalongan


Rp 60.000
Baju batik kerja untuk wanita, cocok dipake untuk kerja, tersedia dengan ukuran M, L, dan XL

Sejarah

Sejarah Kota Pekalongan



Kota Pekalongan adalah kota yang terletak di utara Pulau Jawa, berdekatan dengan kota Pemalang, Tegal dan Semarang. Kota ini memang kota yang tidak terlalu besar sehingga banyak orang sulit untuk mengetahui dimana tempatnya. Kota Pekalongan berada di propinsi Jawa Tengah yang beribukotakan Semarang. Sebagai kota yang berada di Propinsi Jawa Tengah bisa dipastikan penduduknya menggunakan bahasa Jawa sebagai penghubung komunikasinya sehari-hari. Bahasa Jawa logat Pekalongan agak sedikit berbeda dengan bahasa Jawa lain seperti Jogja atau Solo yang cenderung lebih halus. Pekalongan, sebuah nama yang unik. Bagaimana asal usul nama kota ini? Nama Pekalongan berasal dari nama Topo Ngalongnya Joko Bau (Bau Rekso) putra Kyai Cempaluk yang dikenal sebagai pahlawan daerah Pekalongan. Di kemudian hari ia menjadi pahlawan kerajaan Mataram, yang konon ceritanya berasal dari Kesesi, Kabupaten Pekalongan. Suatu ketika, ia disuruh oleh pamannya Ki Cempaluk untuk mengabdi kepada Sultan Agung, raja Mataram. Joko Bau mendapat tugas untuk memboyong putri Ratansari dari Kalisalak Batang ke istana, akan tetapi Jaka Bau jatuh cinta pada putri tesebut. Sebagai hukumannya Jaka Bau diperintah untuk mengamankan daerah pesisir yang terus diserang oleh bajak laut cina. Ia kemudian bersemedi di hutan gambiran, setelah itu Joko bau berganti nama menjadi Bau Rekso dan mendapat perintah dari Sultan Agung untuk mempersiapkan pasukan dan membuat perahu untuk membentuk armada yang kemudian melaksanakan serangan terhadap kompeni yang ada di Batavia ( 1628 dan 1629). Setelah mengalami kegagalan Bau Rekso memutuskan untuk kembali dan bertopo ngalong (bergelantung seperti kelelawar) di hutan gambiran. Di dalam tapanya tersebut tak ada satupun yang bisa mengganggunya termasuk Raden Nganten Dewi Lanjar (Ratu Segoro Lor) dan prajurit silumannya. Pada akhirnya, karena kekuatan goibnya yang luar biasa maka Dewi Lanjar pun bertekuk lutut dan akhirnya Dewi Lanjar dipersunting Joko Bau. Satu-satunya yang bisa mengganggu topo ngalongnya Joko Bau adalah Tan Kwie Djan yang mendapat tugas dari Mataram, kemudian Tan Kwie Djan dan Joko Bau sowan ke Mataram untuk menerima tugas lebih lanjut. Dari asal topo ngalong inilah kemudian timbul nama Pekalongan. Munculnya nama Pekalongan menurut versi ini seputar abad XVII pada era Sultan Agung dan dalam sejarah Bau Rekso dinyatakan gugur pada tanggal 21 September 1628 di Batavia dalam peperangan melawan VOC. Tempat topo ngalongnya Joko Bau tersebut dipercayai tempatnya berbeda-beda antara lain di Kesesi, Wiradesa, Ulujami, Comal, Alun-alun Pekalongan dan Slamaran. Berbagai Asal Kata “Pekalongan” Nama Pekalongan semula dari daerah Wonocolo, Kota Surabaya, Jawa Timur. Sejak jaman Majapahit nama Pekalongan sudah ada di daerah tersebut dan orang-orang di tempat itu pun banyak yang pindah ke lain tempat dan kemudian nama Pekalongan digunakan untuk nama sebuah kecamatan di kota Netro Lampung. Kata Pekalongan, asal kata pek dan along. Kata pek artinya teratas, pak de (si wo), luru (mencari, apek) sedang kata along yang artinya halong dalam bahasa sehari-hari nelayan yang berarti dapat banyak. Kemudian kata Pek-Along artinya mencari ikan di laut dapat hasil. Dari Pek Halong kemudian menjadi A-PEK-HALONG-AN (Pekalongan). Okeh masyarakat Pekalongan sendiri kata Pekalongan dikromokan menjadi PENGANGSALAN (angsal = dapat). Kemudian dijadikan lambang Kota Pekalongan yang telah ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Besar Pekalongan tertanggal 29 Januari 1957 dan diperkuat dengan Tambahan Lembaran Daerah Swatantra Tingkat 1 Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958 seri B Nomer 11 kemudian disahkan oleh Mentri Dalam Negeri dengan Keputusanya Nomer: Des./9/52/20 tanggal 4 Desember 1958 serta mendapatkan persetujuan Pengusaha Perang Daerah Tertorium 4 dengan surat Keputusannya, Nomer : KPTSPPD/ 00351/11/1958 tanggal 18 November 1958. Kata Pekalongan, asal kata pek dan kalong. Kata kalong dalam bahasa Jawa dianggap berasal dari kata dasar elong artinya mengurangi, dan dalam bentuk pasif kalong yang berarti berkurang. Sementara kata pek atau amek, seperti yang tercermin dalam ungkapan kata amek iwak (menangkap ikan), diduga berkaitan dengan bahasa nelayan lokal. Adapun kata kalong bisa berarti pula sejenis satwa kelelawar besar yang secara simbolis diartikan sebagai kelompok rakyat kecil atau golongan orang tertentu yang suka keluar (untuk bekerja) dari rumah pada malam hari (nelayan). Lambang Kota Praja Pekalongan tempo dulu yang disahkan pemerintah Hindia Belanda dengan “Keputusan Pemerintah“ (Gouvernements Besluit) Tahun 1931 Nomer 40 dan menurut keterangan Dirk Ruhl Jr dalam nama ”Pekalongan” berasal dari perkataan “along”, artinya banyak atau berlimpah-limpah, lancar, beruntung, berkaitan dengan penangkapan ikan (hasil laut) dengan menggunakan pukat tarik. Dengan demikian sesuai dengan motto yang tertulis dibawah perisai lambang Kota Praja Pekalongan (jaman doeloe) berarti : “pek” (pa)-along–an” yakni tempat ditepi pantai untuk menangkap ikan dengan lancar dengan menggunakan pukat tarik (jala). Menurut Kyai Raden Masrur Hasan, keturunan Sunan Sendang yaitu R. Nur Rochmad di Sendangduwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, Pekalongan berasal dari istilah para santri kalong karena tidak bermukim di pesantren di bawah asuhan R. Joko Cilik yang akhirnya juga disebut sebagai mbah Mesjid Dari asal kerajaan bernama “Pou-Kia-Loung” kemudian menjadi kata Pekalongan dan menurut naskah kuno Sunda dari akhir abad ke 16, koleksi perpustakaan “Bodlain” di Inggris. Di dalam naskah tersebut menceritakakan perjalanan “Bujangga Manik” orang pertama terpelajar dari Sunda, mengunjungi beberapa daerah di Pulau Jawa, diantaranya beberapa tempat di kawasan Brebes, Pemalang, Batang, dan Pekalongan. Kendati tidak singgah di Pekalongan namun dalam penuturan perjalanannya di empat daerah ini Sang Bujangga tidak lupa menyebut nama Pekalongan. Penyebutan nama Pekalongan dalam naskah Bujangga Manik tersebut dapat dipandang penyebutan nama Pekalongan paling tua dalam naskah pribumi. Nama Kota Pekalongan ternyata juga disebut dalam sumber sejarah kuno asal Tiongkok pada dinasti Ming. Sumber ini menuturkan bahwa pada tahun ke tujuh masa pemerintahan “Kaisar- Siouenteh” (tahun masehi 1433) orang Jawa telah datang mempersembahkan upeti dan memberikan sebuah keterangan pertama jaman “Youen-Khang dari masa pemerintahan Kaisar Siouen-ti” dari dinasti Han. Di negeri mereka terapat tiga jenis penduduk. Pertama, orang-orang Tionghoa, bertempat tinggal untuk sementara waktu, pakaian dan makanan mereka bersih dan sehat. Kedua, para pedagang dari negeri-negeri lain yang telah lama menetap, mereka ini juga sopan santun dan bersih. Ketiga, adalah penduduk pribumi, yang yang dituturkan sangat kotor dan makan ular, semut dan serangga, perwujutannya gelap kehitam-hitaman. Satu hal yang aneh adalah karena mereka berpandangan sebagai kera dan berjalan dengan kaki telanjang. Jika ayah atau ibu mereka meninggal, mereka dibawa ke hutan belantara dan kemudian dibakar. Salah satu kerajaan mereka dinamakan “Pou-Kia-Loung”. Disamping itu ada orang yang menyebutnya Hie Kiang atau Choun-Ta. Menurut “Prof. D.G. Schlerel” dalam bukunya berjudul “Iets Omt ent De Betrikkinoen Der Chinezen Met Java, voornDe Komst Der Europennen Aldo“ termuat dalam majalah Tijdsct-ift voor Indische Taal Land-En Volkenkumdell, jilid XX Tahun 1873, yang dimaksud kerajaan “Pou-Kia-Loung“ dalam sumber sejarah dinasti “Ming” tersebut adalah Pekalongan. Tetapi masih ada beberapa versi lain tentang terciptanya nama kota Pekalongan, yaitu sebagai berikut: LEGOK KALONG Dalam lakon Ketoprak yang pernah dipagelarkan di Pekalongan oleh Siswo Budoyo, lakonnya diambil dari hasil karya R.Soedibyo Soerjohadilogo, diantaranya mengisahkan peristiwa keberhasilan Joko Bau putra Kyai Cempaluk memenggal kepala JP Coon (VOC). Kepala tersebut dibawanya pulang untuk disowankan kepada Sultan Agung dan dalam perjalanan direbut oleh Mandurarejo. Karena tidak mempunyai cukup bukti maka Joko Bau bertapa kembali di daerah selatan Pekalongan. Dari kata Legok Kalong inilah kemudian timbul nama Pekalongan di desa “Legok Kalong” dari nama desa itu kemudian menjadi Pekalongan. KALINGGA Konon sebagian masyarakat Pekalongan beranggapan bahwa letak Kerajaan Kalingga adalah di desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan. Dari Kalingga inilah kemudian dihubungkan dengan kata Kaling, Keling, Kalang dan akhirnya menjadi Kalong. Akhirnya dari kata Kalong tersebut kemudian timbulah nama Pekalongan, karena Kerajaan Kalingga itu dikenal pada abad VI-VII, maka timbulnya nama Pekalongan menurut versi ini seputar abad VI dan VII. Kalong ( Kelelawar) Pekalongan berasal dari kata Kalong (Kelelawar), karena di Pekalongan dulunya banyak binatang kelelawar/kalong, terutama di Kesesi tempat kelahiran Joko Bau putra Kyai Cempaluk. Dalam versi yang sama tetapi berbeda tempat, dikisahkan bahwa di sepanjang kali Pekalongan (Kergon), di tempat tersebut dulunya ada pohon slumpring dan banyak kelelawarnya begitu juga di Kelurahan Kandang Panjang, Kecamatan Pekalongan Utara, Kota Pekalongan terdapat banyak pohon randu gembyang dan banyak dihuni kelelawarnya dan dijadikan pedoman bahwa daerah yang banyak dihuni kelelawar adalah daerah pantai. Dari banyaknya kelelawar (kalong) tersebut kemudian berubah menjadi nama Pekalongan. Nama pekalongan tersebut dikenal seputar abad ke XVII (jamannya Bau Rekso). KALANG Asal kata Pekalongan berasal dari kalingga dan berubah menjadi kata keling kemudian berubah lagi menjadi kalang. Kata kalang tersebut ada beberapa pengertian yaitu hilir mudik, nama sejenis ijan laut Cakalang, gelanggang, sekelompok, atau diasingkan ke/di selong. Didalam salah satu cerita rakyat daerah Pekalongan ada hutan/semaksemak yang banyak setan/siluman dan tempat tersebut sangat ditakuti oleh siapapun, kemudian tempat tersebut dipergunakan untuk pembuangan sebagai hukuman bagi orang–orang yang membangkang atau membahayakan pada kerajaan Mataram. Dari kata kalang tersebut kemudian menjadi Pekalongan. Dari berbagai macam asal usul nama kota ini terbukti bahwa Kota Pekalongan telah lama berdiri sehingga tidak ada keraguan lagi untuk mengenalnya lebih dalam. Sejalan dengan rebrandingnya sebagai The World’s City of Batik maka Kota Pekalongan siap menyambut kedatangan Anda untuk menikmati “atmosfir” batik di kota ini.
 
Support : Madya Rara Website | Madya Rara | Madya Rara
Copyright © 2011. madyarara - All Rights Reserved
Created by Creating Website Published by Madya Rara
Proudly powered by Blogger